Rabu, 06 Juli 2011

PEMBINAAN AGAMA BAGI KEHIDUPAN REMAJA

A. Pendahuluan
Pembinaan agama bagi kehidupan remaja tidak lepas dari pembinaan kepribadian anak itu sendiri, karena kehidupan agama itu merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Setiap atau perlakuan seseorang dalam kehidupan tidak lain merupakan cerminan/pantulan dari pada kepribadiannya yang tumbuh dan berkembang sejak ia lahir bahkan sejak ia berada dalam kandungan. Dimana semua pengalaman yang di alaminya itu memiliki pengaruh yang besar dalam pembinaan kepribadiaannya, bahkan para ahli jiwa mengemukakan bahwa “pribadi itu merupakan kumpulan pengalaman pada umur-umur pertumbuhan (dari umur nol sampai dengan masa remaja terakhir)”. Baik itu pengalaman yang melalui pendengaran, pengelihatan, bahkan perlakuan yang dialaminya sejak lahir.
Oleh karena itu, ketika kita membicarakan tentang pembinaan agama dalam kehidupan remaja perlu kita ingat bahwa mereka telah banyak memiliki pengalaman-pengalaman yang telah membawa kepribadian mereka masing-masing. Dapat kita bayangkan betapa besarnya keragaman sikap dan kelakuan itu, karena masing-masing mereka telah terbina dalam berbagai kondisi dan situasi keluarga, sekolah dan lingkungan yang berlawanan antara satu dengan yang lainnya.

B. Pembahasan
1. Ciri-Ciri Masa Remaja
Sebenarnya masa remaja itu tidaklah pasti kapan secara tegasnya dimulai dan kapan pula berakhirnya, semua itu tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Misalnya faktor perorangan (ada yang capat pertumbuhannya dan ada yang lambat), faktor sosial yang cepat memberikan kepercayaan dan penghargaan kepada mereka sehingga mereka segera diterima sebagai anggota masyarakat yang di dengar pendapatnya. Di samping itu ada juga faktor ekonomi, di dalam masyarakat miskin atau kurang mampu, anak-anaknya segera di beri tanggung jawab dan ikut mencari nafkah, sedangkan dalam masyarakat maju dan mampu biasanya anak-anak itu tidak di bebani dengan tugas mencari nafkah sehingga dengan adanya tugas yang diberkan kepada mereka membuat mereka cepat berkembang dan tumbuh menjadi dewasa.
Banyak lagi faktor lain yang ikut menentukan masa remaja itu, tapi secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja itu kira-kira di mulai pada umur 12 atau 13, di mana pada masa remaja itu di sebut dengan masa pubertas, meskipun masih terlihat adanya tingkah laku atau sifat kekanak-kanakan, akan tetapi muncul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan bathiniah sendiri dan juga rasa akunya semakin kuat serta mencari pedoman hidup untuk bekal kehidupannya mendatang.
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu terkait, remaja itu terkenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangan secara anatomis, berarti alat-alat kelamin pada khususnya dan keadaan itu pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara faali alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempurna pula.
Pada umumnya permulaan remaja itu dapat di ketahui dengan mudah karena hampir bersamaan dengan anak-anak yang lain yaitu untuk anak laki-laki mengalami mimpi basah yang pertama kalinya sementara untuk anak perempuan mengalami menstruasi. Inilah awal dari masa remaja dan untuk kapan berakhirnya masa remaja tersebut agak sukar untuk menentukannya.
Masa remaja itu di bagi atas tiga tingkatan, yaitu: masa pra pubertas (pueral), masa remaja pertama, dan masa remaja kedua. Masa remaja pertama dimana pertumbuhan jasmani dan kecerdasan berjalan sangat cepat dan pada masa remaja yang kedua merupakan masa pertumbuhan/perubahan yang terakhir dalam pembinaan pribadi dan sosial.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa mereka yang akan menjadi sasaran dalam pembinaan agama dalam kehidupan remaja adalah mereka yang berada dalam masa remaja akhir, yang memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain:
1. Pertumbuhan remaja cepat telah selesai
Dalam arti kata mereka telah matang dalam segi jasmani yang fungsi jasmaniah telah dapat bekerja. Kekuatan/tenaga jasmani sudah dapat dikatakan dengan orang dewasa. Dari segi seks bisa dikatakan mereka telah mampu memberi keturunan, dimana seks tersebut berasal dari pertumbuhan jasmani dan dari luar alam (kelenjer) yang telah matang. Oleh karena itu dirongan tersebut sangat kuat maka perlu mendapat perhatian karena dorongan tersebut merupakan kebutuhan biologis yang menimbulkan kegoncangan emosi, selanjutnya yang akan membawa kepada bermacam-macam tidakan, kelakuan atau sikap yang menjurus kearah pemuasan dorongan tersebut.
Sikap dan tindakan tersebut berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, sesuai dengan kontruksi pribadi yang mereka lalui serta faktor lingkungan dimana mereka hidup. Pendidikan agama dan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan yang dilalui pada masa-masa pertumbuhan sebelum itu, akan mewarnai sikap dan tindakan mereka, oleh karena itu berbagai usaha untuk menghadapi membina dan mengarahkan mereka kepada cara hidup yang baik sesuai dengan ajaran agama, tidaklah mudah kita harus melihat latar belakang kehidupan mereka.
2. Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai.
Yang berarti telah mengalami kematangan kecerdasan, sehingga mereka dapat memahami hal-hal yang abstrak serta mampu pula mengambil kesimpulan abstrak dari kenyataan yang dilihatnnya. Dari urusan agama mereka selalu menuntut penjelasan-penjelasan yang masuk akal setiap ketentuan hukum agama.
Oleh karena itulah banyak guru-guru agama meresa terdesak oleh pertanyaan-pertanyaan yang diajarkan kepada para remaja yang merasa kurang puas terhadap penjelasan-penjelasan guru atau dosen-dosen agama tersebut.
3. Pertumbuhan pribadi belum selesai.
Meskipun dari segi jasmaniah mereka merasa telah hidup matang dan dari segi kecerdasan mereka sudah merasa mampu berfikir efektif dan dapat mengambil keputusan yang abstrak dari kenyataan yang ada, akan tetapi mereka belum mampu untuk berdiri sendiri, belum sanggup mencari nafkah untuk membiayai diri sendiri untuk memenuhi segala kebutuhannya.
Pada masa ini perhatian jenis lain sangat diharapkan apabila dari teman-temannya dari jenis lain kerang menaruh perhatian maka ia akan meresa sedang dan cenderung akan menyendiri atau akan mencoba hal-hal yang menarik perhatian.
4. Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan.
Pada umur ini sangat terasa pentingnya pengakuan sosial bagi para remaja, mereka akan sangat sedih apa bila mereka diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat teman-temannya, perhatian dan minatnya terhadap kepentingan masyarakat sangat besar kesusahan dan penderitaan orang dalam masyarakat atau menyebabkan mereka meresa terpanggil untuk membantu atau memikirkannya.

5. Keadaan jiwa agama yang tidak stabil
Tidak jarang kita melihat remaja pada umur ini mengalami kegoncangan atau ketidak stabilan dalam beragama, misalnya mereka terkadang sangat tekun beribadah, tapi pada waktu lain enggan untuk melaksanakannya, bahkan mungkin menunjukkan sikap seolah-seolah mereka anti dengan agama.
Pada buku psikologi perkembangan oleh Abu Ahmadi dan Munawir Shaleh dituliskan bahwa, ada beberapa sifat yang pada umumnya dimiliki remaja, antara lain:
1. Menemukan pribadinya
2. Menentukan cita-citanya
3. Menggariskan jalan hidupnya
4. Bertanggung jawab
5. Menghimpun norma-norma sendiri

2. Problema Remaja
Seperti yang telah di kemukakan bahwa umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa. Problema yang dihadapinya tidak sedikit telah banyak penelitian yang dilakukan orang dalam mencari problama yang umum di hadapai oleh remaja, antara lain:
1. Masalah hari depan
Setiap remaja akan memikirkan hari depannya, ia ingin mendapat kepastian akan jadi apakan ia nanti setelah tamat, terutama bagi mereka yang duduk di bangku universitas atau mereka yang berada dalam kampus, tidak jarang kita mendengar kata-kata yang mempuyai makna kecemasan akan hari depan, misalnya: hari depan suram, buat apa belajar toh sama saja yang berizazah dan tidak berizazah sama-sama tidak dapat kerja, dan sebagainya.
Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti itu telah membuatkan berbagai problema lain yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat belajar menurun kemampuan berfikir berkurang, rasa tertekan timbul, bahkan dengan mudah dapat terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik, kenakalan bahkan penyalah gunaan narkoba. Dengan demikian, perhatian mereka dengan agama semakin berkurang bahkan tidak jarang terjadi keguncangan hebat terhadap kepercayaan kepada Tuhan.
2. Masalah hubungan dengan orang tua.
Hubugan dengan orang tua termasuk masalah yang dihadapi remaja dan dulu sampai sekarang seringnya terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anak, anaknya yang remaja ataupun dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik timbul karena remaja mengikuti arus dan mode. Seperti rambut gondrong, pakaian yang kurang sopan, tutur kata kepada orang tuan kurang baik, dan lain-lain.
Relasy (hubungan) antara orang tua dengan anak dipengaruhi dan di tekan pula oleh sikap orang tua itu terhadap pemuda/i (internal) dari keadaan eksternal (lahiriah) keluarga.
1) Berbagai sikap orang tua terhadap pemuda/i (relasi internal keluarga)
1. Sikap-sikap yang berhubugan dengan afeksi dan dominansi
a. Afeksi yang berlebihan akan mengakibatkan orang tua:
a) Over-possesive yaitu: sikap orang tua yang ingin menguasai anak-anaknya.
b) Over-indulgent yaitu: sikap orang tua yang sangat menjangkau dan menuruti kehendakan anak
b. Afeksi yang kurang akan mengakibatkan orang tua bersikap:
a) Acuh tak acuh kepada anak mereka.
b) Senang menggoda anak dengan mencemohkan atau mengejek anaknya dengan menonjolkan atau kelemahan anak.
c. Afeksi (kasih sayang) yang di dasari oleh rasa persahabatan yang sewajarnya antara orang tua dan anak.
2. Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat
• Sikap orang tua yang mengutamakan sukses sosial
• Sikap yang mementingkan untuk keduniaan
• Sikap yang mementingkan suasana keagamaan
• Sikap yang mengutamakan nilai-nilai artistik, kesastraan dan sebagainya.
3. Sikap terhadap turut sertanya pemuda/i dalam kegiatan bersama-sama.
2) Sikap orang tua secara eksternal (lahiriah) dan keadaan struktur sosial mempengaruhi suasana keluarga yang tersedia.
Perbedaan struktual sosial dapat menyebabkan perbedaan dalam relasi orang tua dengan anak
a. Masyarakat industri modern, biasanya anak sering kurang melakukan relasi dengan ayahnya (mungkin juga dengan ibunya)
b. Masyarakat pertanian, mayarakat ini memiliki kelasi yang erat antara anak bahkan tetangga yang dekat.
c. Masyarakat yang mengenal pemisahan antara orang dewasa dan anak-anak relasi antara orang tua dan anak secara efektif sangat sedikit.
d. Kehidupan di rumah sewaan dari orang-orang kota besar. Disini terdapat suatu kehidupan yang terbuka dalam segala segi kehidupan.
3) Sikap-sikap dan tindakan orang tua yang di senangi atau tidak di senangi para remaja. Sikap yang di senangi para remaja terhadap orang tua yang memberi waktu yang banyak untuk bersama-sama mereka, dapat menahan keadaan mereka, sikap yang tidak di senangi remaja pada orang tua yaitu cerewet, tidak mau memahami keadaan-keadaan mereka, tidak memberi waktu untuk bersama dan sebagainya.

3. Masalah moral dan agama
Mengenai permasalahan ini, sangat jelas kita lihat tertutama di kota-kota besar, kemungkinan besar ini di pengaruhi oleh hubungan dengan kebudayaan asing yang semakin meningkat baik itu melalui film, bacaan, gambaran-gambaran dan hubungan langsung dengan orang asing (Tourist) yang datang dengan berbagai sikap dan kelakuan.
Kemerosotan moril biasanya di sertai dengan adanya sikap menjauh dari agama, nilai-nilai moral yang didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan waktu dan tempat, keadaan nilai yang tidak bisa berubah-ubah adalah nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.
Oleh karena itu orang-orang yang kuat keyakinan beragamanyalah yang mampu mempertahankan nilai agama yang absolut itu dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak akan terpengaruh oleh arus kemerosotan moral yang terjadi dalam masyarakat.
Sebenarnya masih banyak lagi problem-problem yang sering di hadapi oleh remaja kita, baik itu ketika mereka berada di sekolah-sekolah atau universitas maupun pada di luar sekolah.
3. Membina Kehidupan Beragama Pada Remaja Kampus
Seperti yang telah di kemukakan diatas bahwa yang mendapat sasaran dalam pembinaan agama adalah mereka yang berada dalam masa remaja terakhir yang biasanya mereka berada di campus-campus, yang mana mereka bukan anak-anak lagi yang bisa hanya dengan menasehati, di ajari saja dan bukan pula orang-orang dewasa yang bisa di lepas begitu saja untuk bertanggung jawab sendiri atas pembinaan pribadinya.
Tidaklah mudah menentukan cara atau metode yang tepat dan baik bagi mereka itu, namun sekedar pegangan disini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:
1. Tunjukkan kepada mereka bahwa kita dapat memahami mereka
Seseorang yang ingin membina jiwa harus dapat memahami orang yang akan di binanya, seperti ciri-ciri, sifat dan problema yang sedang dihadapainya serta dapat mengetahui apa yang tengah mereka rasakan.
2. Pembinaan secara konsultasi
Seharusnya setiap pembina kehidupan beragama itu menyadari bahwa yang dibina itu adalah jiwa yang bersifat abstrak tidak dapat dipegang atau di ketahui secara langsung, oleh karena itu hendaklah pembina tersebut terbuka untuk manampung atau mendengar ungkapan-ungkapan perasaan yang di alami oleh masing-masing mereka.
Dengan demikian, yang sangat diperlukan dalam hal ini adalah kemampuan untuk mendengar secara baik dan aktif, inilah yang dinamakan seni mendengar, dengan tantangannya segala apa yang dirasakan oleh remaja tersebut maka akan terbukalah hati mereka sesudah itu untuk menerima saran atau alternatif-alternatif penyelesaian bagi problem tersebut.
3. Dekatkan agama pada hidup
Hukum dan ketentuan agama itu perlu mereka ketahui, yang lebih penting lagi yang menggerakan hati mereka untuk secara otomatis terdorong untuk memenuhi humum dan ketentuan agama. Jangan sampai pengertian dan pengetahuan mereka tentang agama hanya sekedar pengetahuan yang tidak berpengaruh apa-apa dalam kehidupan mereka sehari-sehari.
Untuk itu diperlukan usaha pendekatan agama dengan segala ketentuan kepada kehidupan sehari-hari dengan jalan mencari hikmah dan menfaat setiap ketentuan agama itu. Jangan sampai mereka menyangka bahwa umum dan ketentuan agama merupakan perintah Tuhan yang terpaksa mereka patuhi tanpa merasakan manfaat dari kepatuahn itu.

C. Kesimpulan
Ada beberapa sifat yang pada umumnya dimiliki remaja, antara lain:
• Menemukan pribadinya
• Menentukan cita-citanya
• Menggariskan jalan hidupnya
• Bertanggung jawab
• Menghimpun norma-norma sendiri
Sasaran dalam pembinaan agama adalah mereka yang berada dalam masa remaja terakhir yang biasanya mereka berada di campus-campus, yang mana mereka bukan anak-anak lagi yang bisa hanya dengan menasehati, di ajari saja dan bukan pula orang-orang dewasa yang bisa di lepas begitu saja untuk bertanggung jawab sendiri atas pembinaan pribadiny
Sebagai kesimpulan dapat di katakan bahwa pembinaan kehidupan keagamaan remaja dalam kampus bukanlah suatu usaha yang dapat di lakukan dengan mudah dan sederhana, tapi perlu memahami dan menguasai berbagai ilmu alat sebagai bekal untuk membawa mereka kepada agama dan membawa agama pada kehidupan mereka sehari-hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar